Kota Gunungsitoli adalah salah satu kota di provinsi Sumatra Utara, Indonesia, yang berada di pulau Nias. Kota ini diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, Mardiyanto, pada 29 Oktober 2008, sebagai salah satu hasil pemekaran dari Kabupaten Nias. Pada tahun 2021 penduduk kota ini berjumlah 136.017 jiwa, dengan kepadatan 290,00 jiwa/km².[1]
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Gunungsitoli merupakan kota tertua dan terbesar yang ada di Kepulauan Nias. Gunungsitoli ditingkatkan statusnya dari kecamatan menjadi kota otonom, berdasarkan Undang-Undang Nomor 47 Tahun 2008.[6]
Berdasarkan catatan sejarah, Gunungsitoli atau sering disebut Luaha sudah dikenal dan dikunjungi sejak abad ke 18. Posisi kota Luaha ini terletak pada muara sungai Nou atau pasar Gunungsitoli saat ini. Pada saat itu ada tiga marga dominan yang menghuni kota Luaha, yaitu Harefa, Zebua, dan Telaumbanua atau lebih dikenal dengan Sitölu Tua.[6]
Belum diketahui secara pasti asal muasal penamaan Gunungsitoli. Tapi referensi yang ditemukan dari sebuah buku yang ditulis seorang pastor yang mendirikan Museum Pusaka Nias, disebutkan nama Gunungsitoli diberikan oleh para pedagang yang berasal dari Indocina daratan Asia. Kelak, para pedagang inilah yang disebut-sebut nenek moyang orang Nias. Merujuk secara harfiah, jelas kata Gunungsitoli berasal dari kata 'gunung' dan kata 'sitoli'. Gunung berarti tanah yang tinggi (berbukit) dan sitoli berasal dari nama orang yang berdiam di bukit dekat rumah sakit (daerah Onozitoli sekarang).[6]
Geografi[sunting | sunting sumber]
Kota Gunungsitoli terletak di Pulau Nias dan berjarak sekitar 85 mil laut dari Kota Sibolga. Ada dua pintu masuk dan keluar Pulau Nias yang berada di Kota Gunungsitoli, yaitu Bandar Udara Binaka dan Pelabuhan Angin Gunungsitoli.
Topografi[sunting | sunting sumber]
Secara topografi, sebagian besar wilayah kota berbukit-bukit sempit dengan ketinggian bervariasi antara 0-800 meter dpl. Struktur batuan dan susunan tanah umumnya bersifat labil mengakibatkan sering terjadi patahan pada jalan-jalan aspal dan longsor.[7]
Batas Wilayah[sunting | sunting sumber]
| Utara | Kecamatan Sitolu Ori (Kabupaten Nias Utara) |
| Timur | Samudera Indonesia |
| Selatan | Kecamatan Gidö dan Hili Serangkai (Kabupaten Nias) |
| Barat | Kecamatan Alasa Talumuzöi dan Namohalu Esiwa (Kabupaten Nias Utara), serta Hiliduho (Kabupaten Nias) |
Pemerintahan[sunting | sunting sumber]
Daftar wali kota[sunting | sunting sumber]
| No | Wali Kota | Mulai Jabatan | Akhir Jabatan | Ket. | Wakil Wali Kota | |
|---|---|---|---|---|---|---|
| — | Martinus Lase | 2008 | 2010 | — | ||
| — | Lakhomizaro Zebua | 2010 | 2011 | — | ||
| 1 | Martinus Lase | 2011 | 2016 | [8] | Aroni Zendrato | |
| — | Edison Ziliwu | 2016 | 2016 | — | ||
| 2 | Lakhomizaro Zebua | 22 April 2016 | 22 April 2021 | [Ket. 1] | Sowa'a Laoli | |
| 26 April 2021 | Petahana | [Ket. 2] | ||||
- Catatan
Dewan Perwakilan[sunting | sunting sumber]
Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Gunungsitoli dalam dua periode terakhir.[11][12]
| Partai Politik | Jumlah Kursi dalam Periode | ||
|---|---|---|---|
| 2014-2019 | 2019-2024 | ||
| PKB | 1 | ||
| Gerindra | 2 | ||
| PDI-P | 4 | ||
| Golkar | 4 | ||
| NasDem | 2 | ||
| Perindo | (baru) 2 | ||
| PAN | 1 | ||
| Hanura | 3 | ||
| Demokrat | 6 | ||
| PKPI | 2 | ||
| Jumlah Anggota | 25 | ||
| Jumlah Partai | 9 | ||
Kecamatan[sunting | sunting sumber]
Kota Gunungsitoli terdiri dari 6 kecamatan, 3 kelurahan dan 98 desa dengan luas wilayah mencapai 280,78 km² dan jumlah penduduk sekitar 139.094 jiwa (2017) dengan kepadatan penduduk 496 jiwa/km².[13][14]
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Gunungsitoli, adalah sebagai berikut:
| Kode Kemendagri | Kecamatan | Jumlah Kelurahan | Jumlah Desa | Status | Daftar Desa/Kelurahan |
|---|---|---|---|---|---|
| 12.78.01 | Gunungsitoli | 3 | 29 | Desa |
|
| Kelurahan | |||||
| 12.78.05 | Gunungsitoli Alo'oa | 9 | Desa | ||
| 12.78.06 | Gunungsitoli Barat | 9 | Desa | ||
| 12.78.04 | Gunungsitoli Idanoi | 26 | Desa | ||
| 12.78.02 | Gunungsitoli Selatan | 15 | Desa | ||
| 12.78.03 | Gunungsitoli Utara | 10 | Desa | ||
| TOTAL | 3 | 98 |
Ekonomi[sunting | sunting sumber]
Sebagian besar mata pencarian penduduk berasal dari sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, perikanan, termasuk juga perdagangan.
Pertanian[sunting | sunting sumber]
Padi sawah merupakan komoditas tanaman pangan terbesar yang diusahakan para petani. Pada tahun 2012, luas panen padi sawah mencapai 2.968 hektar dengan produksi sebesar 6.808 ton. Tanaman pangan terbesar berikutnya adalah ubi kayu dengan luas panen 231 hektar dan produksi 440 ton. Yang unik adalah komoditas ubi jalar. Luas panennya dapat mencapai 434 hektar, tetapi produksinya hanya 14 ton karena mayoritas penduduk menanam ubi jalar hanya memanfaatkan daunnya, bukan memanen umbinya, yang digunakan untuk makanan ternak babi.[15]
Kesehatan[sunting | sunting sumber]
Pariwisata[sunting | sunting sumber]
Panorama pantai yang indah, rumah adat Nias, dan peninggalan sejarah berupa batu megalit yang tersebar di setiap kecamatan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Ada sembilan pantai yang telah dikomersilkan untuk umum, yaitu pantai Nusa Lima, Malaga, Marina, Simanaere, Laowömaru, Bunda, Muara Indah, Carlita, dan Hoya.[16] Keberadaan Kota Gunungsitoli menjadi pintu gerbang wisata di Pulau Nias, beberapa objek pariwisata, diantaranya:
- Gua Tögi Ndrawa; sebuah gua kuno yang lokasinya berada di desa Lelewönu Niko'otanö, Kecamatan Gunungsitoli, sekitar 3 km dari pusat kota.
- Muara Indah; sekitar 15 km dari pusat kota, tidak jauh dari Pantai Charlita. Tempat ini berada di muara sungai.
- Museum Pusaka Nias, berada di Kota Gunungsitoli, di Jl. Yos Sudarso No. 134A. Museum ini berdiri pada 1995, atas inisiatif Pastor Yohannes Hammerle.
- Rumah Adat Desa Tumöri; sekitar 10 rumah adat di Desa Tumöri, Kecamatan Gunungsitoli Barat, berjarak 30 menit dari Bandara Binaka.

0 comments: